“Pendekatan platform sel dendritik ini lebih banyak mengacu pada sel T memorinya,” ucapnya.
Ia berharap sifat sel dendritik imunoterapi dapat memperkuat imunitas. Maka, besar kemungkinan vaksin tersebut digunakan untuk menjadi vaksin booster apa pun.
Ia memastikan, tim peneliti nantinya akan melibatkan masyarakat dan memilih dengan teliti kelompok mana yang dapat menjadi relawan. Namun, dirinya belum bisa memastikan kelompok mana yang bisa menjadi relawan.
“Peneliti sedang menyusun protokol dan nanti akan melakukan pengumuman terbuka sehingga masyarakat bisa mendapatkan akses,” ujarnya.
Daniel menjelaskan, pengembangan vaksin yang diprakarsai oleh eks Menteri Kesehatan Terawan ini telah sejalan dengan kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan arahan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasa Obat dan Makanan (BPOM).
“Sekali lagi, saya atas nama tim peneliti akan patuh pada kaidah ilmiah. Itulah dengan arahan dari BPOM,” pungkasnya. (*)