Semarang, Mitrapost.com – Dinas Kesehatan kota Semarang menargetkan untuk capaian vaksinasi booster, bisa mencapai 50 persen sebelum lebaran Idulfitri.
Pihak Dinkes juga terus melakukan berbagai upaya untuk menarik minat masyarakat untuk melakukan vaksinasi booster. Diantaranya dengan menerapkan sistem door to door, menggelar vaksinasi di tempat ibadah, khususnya musala dan masjid selama bulan Ramadan.
Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, saat ini capaian vaksinasi booster di Kota Semarang sudah mencapai 43 persen. Data delay atau tertunda sekitar 8.000. Delay yang dimaksud yaitu data sudah masuk dalam tiket vaksin namun masih tertuda di komite penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (KPCPEN).
“Saat tepra dengan Pak Wali dan rakor dengan Polrestabes, kami sudah samlaikan harapannya akhir April kami sudah berada di 50 persen,” jelasnya.
Hakam juga menjelaskan bahwa permintaan vaksinasi mengalami kenaikan menjelang mudik lebaran tahun ini, meskipun juymlahnya tidak sebanyak sebelum bulan Ramadan.
Pada awal bulan Ramadan lalu, permintaan vaksinasi booster mengalami penurunan yakni hanya sekitar 2.000 – 3.000 sasaran per hari. Namun karena menjadi syarat mudik lebaran, permintaan vaksinasi booster cukup mengalami kenaikan yakni per hari bisa mencapai 5.000 – 6.000 orang.
“Walaupun capaian tidak seperti hari biasa sebelum puasa tapi kenaikan hari ke kari saat mendekati Lebaran mulai terlihat. Hari biasa kita bisa capai 10 ribu, sekarang 6.000an,” imbuhnya.
Hakam mengakui, capaian vaksinasi booster memang cenderung lambat dibanding vaksinasi dosis pertama dan kedua. Karena banyak dari masyarakat yang merasa jenuh dengan kondisi pandemu. Dan menganggap Covid-19 kini tidak seinfeksius atau gejala tidak separah pada 2020 maupun 2021 lalu saat terjadi varian delta.
“Ini yang menurut analisis kami kemungkinan ada kejenuhan. Mungkin mereka menganggap Covid-19 tidak seinfeksius pada 2020/2021,” ujarnya.
Kenaikan kasus gelombang ketiga atau varian Omicron yang terjadi pada awal tahun ini memang cukup tinggi yakni mencapai 8.600 kasus di Kota Semarang. Hanya saja, pasien yang dirawat di rumah sakit dan yang meninggal dunia cenderung lebih sedikit jika dibanding ledakan kasus sebelumnya. (*)
Redaksi Mitrapost.com