“Sampai saat ini belum (belum ada dampak) ya. Tapi waktu dulu awal-awal viral KKN di Desa Penari di media sosial, kita merasakan dampaknya juga. Banyak orang yang searching. Artinya kunjungan kita meningkat,” ungkap Kang Tresno, sapaan akrabnya.
Dijelaskan, pada 2019, di Twitter sempat ramai cuitan yang menceritakan KKN di Desa Penari. Kang Treso menuturkan, saat itu kunjungan desanya ramai sebagai dampak viralnya cuitan tersebut.
Kunjungan ketika itu mulai menurun begitu pandemi Covid-19 melanda. Sehingga, aktivitas wisata pun berhenti selama dua tahun.
Berbeda dengan kisah yang berada di film KKN di Desa Penari, tak ada mitos-mitos tertentu yang menyelimuti desa Penari di Jateng ini. Hanya saja, terdapat larangan untuk tidak buang hajat di sendang, lantaran airnya dikonsumsi.
“Kalau ada pantangan tidak boleh A, tidak boleh B, C, D. kalau saya memandangnya itulah konsep pelestarian orang orang zaman dahulu. Pantangan itu sebenarnya untuk pelestarian alam,” sambungnya.