Mitrapost.com – Segala sesuatu yang terjadi di alam dunia memang berdasarkan izin Allah SWT, begitu pula dengan turunnya hujan. Namun, kemarau panjang menyebabkan suhu udara naik. Hal itu karena menipisnya lapisan ozon akibat perbuatan manusia yang memicu pemanasan global.
Kenaikan suhu dan kemarau panjang tersebut membuat orang-orang mengharapkan turunnya hujan untuk mencegah kekeringan dan kelangkaan sumber air. Salah satu amalan yang dapat dilakukan untuk mengharap turunnya hujan adalah dengan mengerjakan salat Istiqa.
Dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah RA, “Rasulullah itu keluar untuk melaksanakan sholat istisqa manakala matahari mulai naik,” (HR Abu Dawud & Al-Hakim).
Sebagian ulama mengatakan bahwa salat istisqa lebih utama dilaksanakan setelah salat Jum’at, sementara yang lainnya mengatakan bahwa salat istisqa bisa dikerjakan di setiap waktu. Dilansir dari DetikHikmah, berikut niat salat istisqa;
اُصَلِّ سُنَّتَ الأِسْتِسْقَاءِرَكْعَتَيْنِ اِمَامًا/مأَمُوْمًالِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushallii sunnatal Istisqaa’i rak’ataini imaaman/makmuuman lillaahi Ta’aala.
Artinya: “Aku berniat mengerjakan sholat sunah Istisqa sebanyak dua rakaat, sebagai imam/makmum, karena Allah Ta’ala.”
Setelah itu, pada rakaat pertama melakukan takbir sebanyak 7 kali, kemudian membaca doa iftitah, Surah Al-Fatihah, dan membaca Surah Al-A’la.
Selain itu, rakaat kedua dilakukan takbir lima kali, lalu membaca surah Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ghasyiyah.
Imam akan membaca istighfar sebanyak sembilan kali setelah melaksanakan salat;
Astaghfirullah al-‘azhim alladzi la ilaha illa huwa al-hayyu al-qayyum wa atubu ilaihi
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tidak ada tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus makhluk Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya.”
Kemudian, membaca Surah Nuh ayat 10-12 yang berbunyi;
اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثًا مُغيثًا، هَنيئًا مَريئًا، غَدَقًا مُجَلِّلًا، عامًّا طَبَقًا، سَحًّا دائمًا، اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيثَ ولا تَجعَلْنا منَ القانِطينَ، اللَّهُمَّ إنَّ بالعبادِ والبلادِ والبهائمِ والخَلقِ منَ اللَّأْواءِ والجَهْدِ والضنْكِ ما لا نَشْكوه إلَّا إليكَ، اللَّهُمَّ أنْبِتْ لنا الزرْعَ، وأدِرَّ لنا الضَّرْعَ، واسْقِنا من بَرَكاتِ السماءِ، وأنْبِتْ لنا من بَرَكاتِ الأرضِ، اللَّهُمَّ ارفَعْ عنَّا الجَهدَ والجوعَ والعُريَ، واكشِفْ عنَّا منَ البَلاءِ ما لا يَكشِفُه غيرُكَ، اللَّهُمَّ إنَّا نَستَغفِرُكَ إنَّكَ كُنْتَ غفَّارًا، فأرسِلِ السماءَ علينا مِدْرارًا
Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan marii’an ghadaqan mujalla lan ‘aaman thabaqan sahhan daa’iman. Allaahummasqinal ghaitsa wa laa taj’alnaa minal qaanithiina. Allaahumma bil ‘ibaadi wal balaadi wal bahaa’imi wal khalqi minal-la’awaa’i wal jahdi wadh-dhanki maa laa nasykuhu illaa ilaika. Allahumma anbit lanaz-zar’a wa adirra lanadh-dhar’a, wasqinaa min barakaatis-samaa’i, wa anbit lanaa min barakaatil ardhi. Al laahummarfa’ ‘annal jahda, wal juu’a wal ‘uraa, waksyif ‘annaa minal balaa’i maa laa yaksyifuhu ghairuka. Allaahumma innaa nastaghfiruka innaka kunta ghaffaaran, fa arsilis-samaa’a ‘alainaa midraaran.
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, yang menyenangkan, yang berakibat baik, yang membawa kesuburan, yang melimpah, dan yang selalu membawa manfaat. Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah, sesungguhnya pada hamba dan negeri ini ada kesusahan, penderitaan, dan kesempitan yang hanya kami adukan kepada Engkau. Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman, deraskan untuk kami puting susu ternak, dan turunkan kepada kami hujan dari berkah-berkah bumi.Ya Allah, hilangkan dari kami kesusahan, lapar, dan telanjang. Keluarkan kami dari bencana di mana selain Engkau tidak ada yang sanggup mengeluarkannya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampunan kepada Engkau. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun, kirimkanlah dari langit hujan yang deras kepada kami.”
Kemudian, imam akan memimpin doa dengan beristighfar sebanyak tujuh kali lagi dan jamaah mengikutinya. Dilanjutkan dengan doa berikut;
اَللّهُمَّ أَنْتَ أَمَرْتَنَا بِدُعَائِكَ، وَوَعَدْتَنَا إِجَابَتَكَ، وَقَدْ دَعَوْنَاكَ كَمَا أَمَرْتَنَا، فَأَجِبْنَا كَمَا وَعَدْتَنَا ، اَللّهُمَّ امْنُنْ عَلَيْنَا بِمَغْفِرَةِ مَا قَارَفْنَا، وَإِجَابَتِكَ فِيْ سُقْيَانَا، وَسَعَةِ رِزْقِنَا
Allahumma anta amratan bidu’aika wa wa’adtana ijaabataka wa qad da’awnaaka kamaa amartanaa fa ajabnaa kamaa wa’adtanaa, Allahumma amnun alaynaa bimaghfirati ma qaarafnaa wa ijaabatika fi suqyaana wa sa’ati rizqina
Artinya: “Ya Allah, Engkau memerintahkan kami untuk Berdoa kepada-Mu, dan menjanjikan kepada kami kalau Engkau akan mengabulkannya. Sesungguhnya kami telah Berdoa kepada-Mu sebagaimana yang Engkau perintahkan. Kabulkanlah doa kami, sebagaimana yang Engkau janjikan. Ya Allah, karuniakan kepada kami ampunan atas apa yang telah kami langgar, perkenan-Mu menurunkan hujan kepada kami, dan kelapangan rezeki kami.”
Demikian tata cara salat istisqa. (*)
Redaksi Mitrapost.com