Pati, Mitrapost.com – Salah satu bangunan Belanda yang masih berdiri megah dan kerap disebut Jembatan Leri sempat dimafaatkan oleh warga Kabupaten Pat untuk kebutuhan sehari-hari.
Bangunan tersebut terletak di kawasan Pegunungan Kendeng tepat di Desa Larangan sampai Karangawen, Kecamatan Tambaknromo, Kabupaten Pati.
Diketahui, jembatan Leri membentang sepanjang 45 meter dengan ketinggian 15 meter di atas Sungai Kedung Jurug. Selain itu juga menghubungkan jalur ladang warga Desa Larangan dan Karangawen.
Kepala Desa (Kades) Karangawen, Sutiyono mengatakan bahwasannya bangunan tersebut dulunya digunakan sebagai jalan untuk angkut material bangunan. Diantaranya pada kayu yang diambil dari hutan sekitar.
Menurutnya, selain itu juga warga sekitar pernah memanfaatkan bagunan tersebut sebagai jalan setapak untuk menuju ladang saat bertani.
“Bangunan berbentuk jembatan itu disebut Jembatan Leri. Biasanya digunakan untuk angkutan kayu pada jaman Belanda, itu seperti kayu jati. Mulai dari Desa Larangan melalui Desa Karangawen. Saya tahunya sejak kecil itu ada wot (jika diartikan dibahasa indonesia yakni jembatan),” terangnya.
Sutiyono menambahkan, rel jembatan leri masih terlihat ada komponen jembatan. Struktur bangunan tersebut berbentuk dari batu bata giling dan juga pasir.
Selain itu juga, sejak era kemerdekaan di tahun 1980 sampi sebelum 1997 bangunan tersebut masih terlihat megah, dan tegak kokoh. Namun, sejak adanya era reformasi rel tersebut mulai diambil lantaran penduduk sekitar yang tidak berkompeten dan kurangnya rasa tanggung jawab.
Sutiyono mengaku, ada beberapa warga sekitar berkeinginan untuk memanfaatkan struktur bangunan jembatan Leri. Alhasil karena ada material yang terus diambil maka kondisinya sekarang tidak terurus.
“Ya pada dasarnya emang ada maksud tertentu, yang mana itu warga menggunakan batunya. Tapi karena sudah terlanjur roboh, ya gimana lagi. Itu masih tergeletak tapi sulit dipecah pakai lalu maupun peralatan lainnya juga udah susah,”
Kendati demikian, jika Pemerintah Desa (Pemdes) berencana untuk menjadikan bangunan itu sebagai jembatan material dan masih bisa digunakan, ada anggaran dana yang telah disusun. Yakni sebesar Rp75 juta untuk menormalisasi jembatan Leri.
“Kita bisa gunakan untuk jembatan pertanian untuk ke kebun. Kalau ada uang desa atau tidak ada kebutuhan lain yang mendesak. Kita sudah rencanakan hal ini, bahwasannya jembatan untuk lewat akses pertanian, sekitar habis Rp75 juta. Sudah kita desain juga,” tutup Sutiyono. (*)