Mitrapost.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi tak ada perbedaan penetapan Idul Fitri tahun ini antara pemerintah maupun Muhammadiyah, yaitu pada tanggal 10 April.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Thomas Djamaludin menyebut hal itu karena ketinggian bulan telah terlihat jelas. Yaitu mencapai 6 derajat dengan sudut elongasi 8 derajat di wilayah Indonesia. Atau sudah memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
“Posisi bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi, tingginya sudah 6 derajat, elongasinya sekitar 8 derajat lebih sehingga di wilayah Indonseia itu secara hitung-hitunganan sudah memenuhi kriteria MABIMS, kriteria hitung-hitungan 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat,” jelasnya dilansir dari Kompas.
Oleh karena itu, pihaknya memperkirakan tak akan ada perbedaan penetapan antara Pemerintah dan PP Muhammadiyah.
“Rukyat pada 9 April itu kemungkinan besar akan berhasil (terlihat bulan), akan ada saksi (yang melihat) sehingga pada saat sidang 9 April diputuskan bahwa Idulfitri pada tanggal 10, itu kalau ditentukan lewat kriteria wujudul hilal oleh salah satu ormas, sehingga nanti insya Allah idul fitri bisa seragam tanggal 10 April,” jelasnya.
Meski begitu, untuk penetapan awal Ramadan, jelasnya, berpotensi mengalami perbedaan. Hal itu karena bulan pada 10 Maret 2024 waktu magrib, ketinggiannya tidak memenuhi kriteria MABIMS.
Sedangkan untuk PP Muhammadiyah sendiri menetapkan awal puasa pada 11 Maret karena menerapkan metode wujudul hilal haqiqi atau wujud bulan di atas ufuk.
“Kalau dilihat dari prinsip kalender, perbedaan itu terjadi karena prinsip kriteria dan otoritas,” tandasnya. (*)
Redaksi Mitrapost.com