Mitrapost.com – Irak menjadi salah satu negara Arab yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, utamanya dalam lima tahun terakhir ini yang sedang dilanda kekeringan parah disertai kenaikan suhu ekstrem dan krisis air bersih.
Bahkan, pemerintah Irak menyebut bahwa tahun ini menjadi salah satu tahun terkering sejak 1933, dengan cadangan air hanya tersisa 8 persen dari kapasitas maksimal.
Salah satu tempat yang terlihat jelas adanya penurunan volume air secara dratis dari permukaan adalah Bendungan Mosul yang merupakan bendungan terbesar Irak yang terletak di wilayah Khanke, Provinsi Duhok, Irak utara.
Fenomena menurunnya volume air secara drastic dari permukaan di Bendungan Mosul ini justru memunculkan fakta baru, terkait pengungkapan misteri 40 makam kuno sekitar 2.300 tahun lalu di sekitar bendungan tersebut oleh tim arkeolog.
Mengutip dari CNN Indonesia, Bekas Brefkany, Direktur Purbakala Duhok sekaligus pemimpin penggalian menyebut puluhan makam kuno yang ditemukan diperkirakan berasal dari periode Hellenistik atau Seleukid.
40 makam kuno temuan ini kini sedang dilakukan proses ekskavasi dan akan segera dipindahkan ke Museum Duhok untuk diteliti dan dilestarikan, sebelum area tersebut kembali terendam oleh air bendungan.
Inilah yang menjadi sisi positif dari kekeringan oleh para arkeolog karena membuka kesempatan untuk melakukan penggalian, terlepas dari dampak negatif yang dialami oleh pertanian dan listrik.
Adanya kejadian ini, justru membuat pihak yang berwenang menyalahkan pembangunan beberapa bendungan yang terletak di hulu sungai oleh Iran dan Turki.
Pasalnya, salah satu penyebab utama terkait krisis iklim yang terjadi di Irak adalah berkurangnya aliran air dari Sungai Tigris dan Eufrat, yang telah menjadi sumber kehidupan utama di wilayah Mesopotamia selama ribuan tahun. (*)

Redaksi Mitrapost.com