Mitrapost.com – Seorang narapidana (napi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut) dikabarkan tewas di sel tahanan. Pemuda berinisial AS (27) itu diduga menjadi korban pengeroyokan oleh sesama napi.
Kepala Bidang Perawatan, Pengamanan dan Kepatuhan Internal Kanwil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Sumut Rindra Wardhana mengungkapkan, kasus berawal dari perselisihan korban dengan sesama napi di kamar Toba 3 pada Minggu (5/10/2025) malam.
Oleh petugas, AS dipindahkan ke kamar Toba 2 sambil menunggu proses pemeriksaan. Namun, keesokan harinya, yakni pada Senin (6/10/2025), pengeroyokan oleh sesama napi terjadi saat AS masuk ke dalam kamar Toba 3 tanpa sepengetahuan warga binaan lainnya.
“Setelah mengetahui ada perkelahian, petugas memindahkan WBP (warga binaan pemasyarakatan) ke kamar Toba 2 untuk mencegah perkelahian lagi sambil menunggu proses pemeriksaan lebih lanjut,” kata Rindra, Selasa (7/10/2025), dikutip Detik.
“Pada waktu pembagian makan pagi, dibuka kamarnya, barang-barangnya kan masih ada di kamar yang lama. Dia (korban) nggak ada izin sama petugas ke kamar lama itu, ngambil barang-barangnya, di situ kan memicu teman-teman yang lain, terjadi lagi (perkelahian),” sebutnya.
Akibat pengeroyokan tersebut, korban dilarikan ke klinik yang ada di lapas. Namun, kondisi korban terus memburuk, kemudian dirujuk ke RS Hadrianus Sinaga. Nahasnya, korban meninggal dunia di rumah sakit.
Selanjutnya, pihak lapas berkoordinasi denga kepolisian terkait kasus tersebut. Awalnya, keluarga korban menolak jasad diautopsi. Namun, untuk kepentingan penyelidikan, akhirnya jasad tetap dilakukan proses autopsi.
“Pihak lapas juga sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk memastikan proses hukum berjalan benar dan transparan. Keluarga menyatakan menerima dan tidak perlu autopsi. Namun, proses autopsi tetap dilakukan demi penyelidikan yang objektif dan akuntabel,” ujarnya.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Samosir AKP Edward Sidauruk mengatakan bahwa perselisihan antara korban dan napi lainnya diduga dipicu karena selisih paham. Ia juga membenarkan korban menderita sejumlah luka usai mengalami pengeroyokan.
“Selisih paham sesama warga binaan, terjadilah pengeroyokan, itu info dari lapas,” jelasnya.
“Memang bekas luka luar itu ada di bagian leher, ada di punggung. Nanti menunggu hasil autopsi untuk lebih pastinya,” lanjutnya. (*)

Redaksi Mitrapost.com