Mitrapost.com – Belum lama ini, Forbes Real Time Billionaires melaporkan data terkait posisi teratas orang terkaya di Republik Indonesia (RI) per 24 Oktober 2025 yang diisi oleh Prajogo Pangestu, dengan kekayaan setara 43,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp676,43 triliun.
Namun, laporan ini disebut hanyalah sesaat. Setelah portofolio saham milik Prajogo ambruk secara bersamaan pada perdagangan sesi pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (27/10/2025), hartanya tercatat mengalami penurunan yang sangat tajam.
Melansir dari CNBC Indonesia, total kerugian yang ditanggung oleh Prajogo mencapai hampir Rp126 triliun hanya dalam kurun waktu beberapa jam selama perdagangan bursa. Hal ini disebabkan dari sebanyak enam sahamnya yang dibuka di zona merah.
Dari enam saham tersebut, tiga di antaranya telah sampai pada batas auto rejection bawah (ARB) yakni Barito Renewables Energy (BREN), Chandra Daya Investasi (CDIA) dan Petrosea (PTRO). Sementara saham Chandra Asri Pacific (TPIA) menjadi yang paling resilen.
Namun, dua saham lainnya tercatat nyaris hampir menyentuh ARB, ialah Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Barito Pacific (BRPT). Seluruh kondisi ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok lebih dari 3 persen dan turun ke bawah level 8.000.
Menanggapi hal tersebut, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan bahwa ambruknya saham Prajogo disebut berasal dari sebuah isu perubahan perhitungan dari Morgan Stanley Capital International (MSCI).
“Tapi ya itu issue, real dari MSCI belum keluar, tapi effect-nya investor panic selling duluan,” jelasnya, dikutip dari CNBC Indonesia.
Perlu diketahui, pengumuman indeks terbaru di MSCI baru akan dirilis pada 5 November 2025 dan diberlakukan secara efektif pada 25 November 2025 mendatang. (*)

Redaksi Mitrapost.com





