Makam batu besar yang ditemukan itu, tidak sebagaimana lazimnya makam pada zaman sekarang, khususnya makam Islam dengan posisi kepala di utara dan menghadap kiblat. Melainkan dengan meletakkan kepala ke arah timur dan kaki ke arah barat.
Baca juga; Manfaatkan Potensi Wisata, Warga Demak Ini Banjir Pesanan Patung Burung Hantu
Proses pemakaman seperti itu menganut Konsepsi Chtonis, yang berpendapat, timur merupakan arah matahari terbit sehingga bisa diartikan sebagai awal kehidupan.
Sedangkan barat merupakan arah tenggelamnya matahari, yang dimaknai dengan akhir dari kehidupan.
Makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh.
Menurut penuturan Kamituwo Dusun Bendo Desa Bleboh, Ngatmiyanto, hal itu akibat diambil orang-orang yang tidak mengetahui kalau itu adalah peninggalan bersejarah.
“Orang sini mengenalnya sebagai tapaan. Tetapi setelah ada penelitian dari Balai Arkeologi yang menyatakan lokasi itu adalah makam wong Kalang, barulah saya menyampaikan kepada warga. Awalnya, warga tidak percaya, bahkan saya juga dikomplain tapi akhirnya bisa dipahami,” kata dia.