Kahati-hatian ini, katanya, merupakan wujud perlindungan pemerintah kepada masyarakat. Ia tidak mau kebijakan pembelajaran tatap muka nantinya justru membuat anak-anak dan guru menjadi korban Covid-19.
“Nanti kalau misalnya saya membolehkan semua kemudian Covid-19 ini tinggi akhirnya kan kasihan. Jadi saya rapatkan dulu secara masif, secara detail, paling tidak nanti ada uji beberapa SMP sementara,” bebernya.
Baca juga: Mendikbud Izinkan Sekolah Tatap Muka Tahun 2021
Menurut Haryanto yang sulit dihindari saat pembelajaran tatap muka ialah kerumunan di sekolahan. Kerumunan ini diyakini berpotensi memudahkan penyebaran virus corona.
Maka dari itu, ia pun berencana akan melakukan simulasi sebelum memutuskan menerapkan pembelajaran tatap muka atau tidak.
“Nanti disiapkan oleh Kepala Disdik. Biasanya 1 ruangan diisi 30, nanti hanya disisi 15. Nanti para siswa juga harus menggunakan face shield, masker, kemudian penjemput dan pengantar (juga diatur). Jadi nanti agar ndak terjadi klaster baru,” tandasnya. (*)