“Kalau dulu kan asal ngobrol begitu dengan anak-anak,” lanjut Suhono.
Sementara, kata Suhono, siswa lebih memanfaatkan teknologi untuk belajar. Tidak hanya untuk nge-game atau bermain Youtube yang tidak jelas. “Yang siswa juga melek teknologinya jadi pinter,” tuturnya.
Baca juga: 223 Sekolah Tingkat Menengah di Pati Dapat Bantuan Pendidikan dari Baznas
Meskipun demikian, beban pekerjaan para guru lebih banyak daripada pembelajaran tatap muka pada umumnya. “Guru juga tambah kerjaannya malah. Anak mengirim tugas dengan format form itu segara harus direkap. Kalau dulu kan bisa ditunda,” ungkapnya.
Selain itu, pembelajaran daring ini juga membuat para guru maupun orang tua siswa mau tak mau terpaksa merogoh kantong lebih dalam untuk pembelian kuota internet.
Pihaknya juga tidak bisa memantau perkembangan siswa secara langsung. Bahkan ada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran.
“Tapi kelemahannya ya kuota internet tambah banyak. Terus kita tidak bisa memantau karakter siswa. Yang ekstrim ya anak-anak yang ndak mau pembelajaran daring. Absennya yang kosong. Tapi di kami persentasenya kecil,” katanya.