Pati, Mitrapost.com– Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian (Dispertan) Pati Kun Saptono mengungkap tentang penyebab produk kedelai lokal sulit bersaing dengan produk kedelai impor dari Amerika dan Eropa.
Perbedaan yang mendasar kata Kun, karena petani lokal masih membudidaya kedelai secara tradisional, sementara negara importir sudah professional.
“Pada umumnya petani Indonesia pola tanamnya tradisionil. Budidaya masih petak-petak kecil. Tidak terlalu banyak hamparan karena relatif sempit. Berbeda dengan Kanada dan Amerika sudah model perusahaan-perusahaan. Mereka sudah memakai mekanisasi moderen benih diatur sedemikian rupa jadwal tanam, pengaturan air, pengendalian hama penyakit, panen dan paska panen sudah memakai mekanisasi jadi hamparannya luas produksi efisiien. Pengeluaran itu sudah terukur,” terang Kun kepada mitrapost.com
Baca Juga: 850 Hektar Lahan Akan Dapat Benih Kedelai Gratis dari Dispertan
Karena masih tradisional, harga proiduksi yang dikeluarkan petani lokal tentunya lebih mahal, sehingga keuntungan yang didapat tidak banyak. Selama ini keuntungan kedelai lebih kecil dibandingkan komoditas lain. Sebut saja kacang hijau, satu kilonya bisa dihargari Rp12 ribu rupiah, sementara kedelai hanya Rp 6 ribu rupiah.