PWI dan MUI Jateng Serukan Pemberitaan Covid-19 Bernarasi Positif 

Lonjakan jumlah tersebut berimbas pada bangsal rumah sakit maupun fasilitas tambahan yang disediakan untuk menampung terpapar Covid-19 sudah tidak mampu mengatasi ledakan korban, sehingga harus mengoptimalkan isolasi mandiri.

“Bahkan pasien non-Covid yang akan masuk ICU pun harus antre berhari-hari. Rumah sakit kini menghadapi beban berat. Pasien meninggal rata-rata per hari 15 orang, sehingga untuk proses pemulasaraan jenazah hingga pemakaman harus antre hingga berjam-jam menunggu giliran,” papar Isdiyanto.

Di jalan-jalan raya masyarakat setiap hari mendengar raungan sirine mobil jenazah dan ambulan yang hilir mudik. Di kampung-kampung terlalu sering penyampaian berita lelayu dari pengeras suara masjid dan mushala maupun saluran lain. Di media sosial informasi tentang berita duka serta yang masuk rumah sakit akibat Covid-19 seperti tiada henti.

Baca Juga :   Kurangi Kerumunan, Ganjar Minta Tempat Vaksinasi Diperbanyak

Demikian pula pemberitaan di media massa cetak, elektronik, dan online.

Suasana mencekam semakin dirasakan masyarakat, sehingga melahirkan traumatika yang tinggi. Antara ketakutan, kegelisahan, panik, rasa waswas berbaur menyatu. Apabila kondisi tersebut tidak direspons dengan upaya-upaya penyampaian informasi yang tepat, dikhawatirkan justru dapat melahirkan penurunan daya imun masyarakat. Padahal yang diharapkan di saat seperti ini justru kekuatan daya imun masyarakat agar tidak mudah terpapar virus.