Penetapan Kebijakan PPKM, Bupati Pati: Tak Perlu Didemo

Pati, Mitrapost.com – Bupati Pati Haryanto tidak mau pihaknya ditekan dalam penetapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ia memastikan, akan melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat bila Covid-19 sudah menurun.

Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Pati ini mengatakan masyarakat tak perlu melakukan unjuk rasa atau berdemo untuk melonggarkan kebijakan.

“Saya tidak usah ditekan atau dipaksa. Tidak perlu didemo. Sudah ada mekanismenya. Kalau situasi membaik otomatis ada pelonggaran,” ujar Haryanto, Rabu (1/9/2021) kemarin.

Hal ini dibuktikan dengan kebijakan Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Pati setelah level PPKM di Pati mengalami penurunan menjadi level dua. “Alhamdulillah Pati turun ke level 2. Saya sudah buat edaran tentang hal ini. Namun saya berpesan, kita jangan terlalu euforia. Harus hati-hati karena pandemi Covid-19 masih ada,” ungkap Haryanto.

Sesuai Instruksi Mendagri nomor 38 tahun 2021 yang terbit 30 Agustus lalu, dalam PPKM level 2 ini beberapa pembatasan dilonggarkan. Diantaranya, acara pernikahan sudah boleh digelar dengan kapasitas maksimal 50 orang, tempat ibadah diperkenankan menerima jamaah dengan kapasitas 75 persen dan beberapa kelonggaran lainnya.

“Pendidikan kami siapkan uji coba PTM, tiap kecamatan satu SD dan SMP,” papar Haryanto.

Haryanto menambahkan, pagelaran seni-budaya sudah dapat dilaksanakan di gedung secara terbatas. Selain itu pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sudah mendapatkan suntikan vaksin.

Sementara, pertunjukan seni-budaya di tempat terbuka belum diperbolehkan.

“Kalau tempat wisata baru kita buka Jollong dan Gunungrowo, yang lain belum. Bertahap. Tidak bisa langsung sekaligus walaupun sudah level 2. Supaya terkendali,” kata dia.

Aturan jam malam pun mengalami kelonggaran. Waktu berjualan pedagang kaki lima dan pertokoan yang tadinya dibatasi hingga pukul 20.00 WIB, kini dimundurkan menjadi pukul 21.00 WIB.

Haryanto menegaskan, pelonggaran PPKM ini dilakukan bertahap. Bukan berarti langsung bebas sebebas-bebasnya.

“Di luar negeri yang sudah vaksin 50-70 persen penduduk, warganya terjebak euforia, tapi ternyata ada gelombang 3. Contohnya di Amerika tiap hari kematian cukup tinggi. Kalau kita terlena, akan kembali seperti kemarin, cari rumah sakit untuk rawat inap saja sulit, akhirnya banyak yang meninggal,” tegasnya. (*)