“Kelebihannya lebih mudah, disentralisir, vaksinatornya ada di situ, ada doorprize,” imbuhnya.
Namun Tito tidak memungkiri jika terdapat sejumlah kendala dalam pelaksanaan dengan metode seperti ini, di antara hambatan dalam memobilisasi masyarakat terutama kelompok lanjut usia (lansia).
“Orang tua susah untuk dibawa ke sana, karena susah jalan, sakit, problem untuk mobilisasi orang untuk ke situ,” ujarnya.
Tito pun mengingatkan adanya potensi kerumunan dalam pelaksanaan vaksinasi terpusat ini, yang dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19.
Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan secara mobile, seperti dengan menggunakan kendaraan, lab truck, hingga dengan berbasis kapal untuk daerah kepulauan. Dengan menggunakan kendaraan, vaksinator dapat masuk ke kampung-kampung dan mendatangi masyarakat yang akan divaksinasi.
“Karena masyarakatnya malas datang, jadi jemput bola. Selain itu door to door, terutama yang lansia. Diharapkan lansia jadi prioritas,” pungkasnya. (*)