Pati, Mitrapost.com – Kepala Bidang penanganan Fakir Miskin kantor Dinas Sosial Pati, Tri Haryumi angkat bicara terkait berita naiknya harga telur di Kabupaten Pati akibat bantuan sosial BPNT (Bantuan pangan non tunai).
Menurutnya, penggunaan telur di BPNT bukan menjadi prioritas. Dijelaskannya, susunan dalam bantuan BPNT adalah karbohidrat dan protein.
Karbohidrat diambil dari beras, sedangkan protein tidak hanya diambil dari telur. Bisa ikan, tempe tahu, dan sumber protein lainnya.
“Saya kira BPNT utamanya karbohidrat. Kalau beras itu wajib. Harusnya kalau teorinya begitu beras yang langka. Telur bisa diganti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, sayuran,” ujarnya saat ditemui di kantor Dinsos Pati, Selasa (30/8/2022).
Imbuhnya, rata-rata para penerima Bansos di Pati tidak mempunyai kulkas, di sisi lain produk telur juga tidak bisa tahan lama, sehingga pemberian bantuan telur tidak bisa banyak.
“Kita cuma yang minta sekali pencairan 6-7 butir 2 kali pencairan kan hanya 12 an. Nggak dihabiskan kita. ada alasan lain. Kebanyakan orang pra sejahtera kan ga punya kulkas,” ujarnya.
Dalam setiap penyaluran Bansos, Tri juga mengaku bahwa Dinsos selalu mempertimbangkan soal kelangkaan barang. “Kita juga punya pertimbangan. Ketika telur naik, ya diambil sedikit atau diganti ikan bisa ayam,” imbuhnya.
Meski demikian, ia tak menampik jika harga telur sejak tahun lalu selalu naik bersamaan dengan penyaluran BPNT.
Namun ia menegaskan jika penyaluran bansos bukan menjadi faktor utama kelangkaan komoditas telur. Melainkan, masih ada faktor lain seperti mahalnya pakan ayam dan telatnya peremajaan ayam petelur.
Terpantau saat ini harga telur di pasaran berada di harga Rp30.000 per kilogram, dari harga semula itu sekitar Rp28.000 per kilogram, atau mengalami kenaikan sebesar Rp2.000. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati