Pati, Mitrapost.com – Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, didesain dengan konten bagi peserta didik untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Di sini, guru berperan besar untuk memilih berbagai perangkat ajar, agar pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Kurikulum ini telah diterapkan selama bertahun-tahun, sejak tahun 2020 secara bertahap. Meski demikian, penerapannya masih menuai pro dan kontra. Utamanya, terkait sistemnya yang baru dan lebih kompleks.
Hal serupa juga diungkapkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati, Muntamah. Menurutnya, Kurikulum Merdeka cukup membebani para guru lantaran tugas administrasi yang semakin banyak.
“Intinya guru-guru itu terbebani dengan adanya Kurikulum Merdeka,” ujar Muntamah, anggota Komisis D DPRD Pati kepada tim Mitrapost.com.
“Guru itu tugasnya mengajar, akan tetapi di sini Administrasi bertambah banyak,” lanjutnya.
Namun, pihaknya juga menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki tujuan pembelajaran yang baik. Pasalnya, dengan penerapan kurikulum ini, pembelajaran di sekolah tidak menjadi monoton.
Senada, Tulus Budiharjo Plt (Pelaksana Tugas) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka mendorong setiap tenaga pendidik untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan diri.
“Kurikulum merdeka ini bagus, karena tidak kaku dalam proses pembelajaran peserta didik. Terkait gurunya juga banyak adanya pelatihan dalam meningkatkan skill guru,” terang Tulus Budiharjo. (Adv)
Redaksi Mitrapost.com