Mitrapost.com – Sebuah penelitian bertajuk “Paleoseismic activity in the Moon’s Taurus-Littrow valley inferred from boulder falls and landslides”mengungkap tampilan permukaan Bulan yang mulai menunjukkan tanda-tanda retakan besar akibat dari aktivitas seismik atau gempa bulan (moonquakes).
Menurut CNBC Indonesia, hal ini menimbulkan kekhawatiran National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang membawa misi Artemis, denga rencana membangun pangkalan manusia permanen di Bulan.
Dalam studi tersebut ditemukan jika perubahan lanskap pada Bulan tidak hanya disebabkan oleh tumbukan meteorit, tetapi juga dari aktivitas seismik yang ada di bawah permukaannya.
Mengenai hal tersebut, peneliti utama Nicholas Schmerr menemukan jejak longsoran dari jatuhnya batuan besar yang dipicu akibat gempa di lokasi pendaratan misi Apollo 17 kawasan Taurus-Littrow. Namun hal baiknya, aktivitas ini justru menjadi bukti Bulan masih hidup secara geologis.
Meski begitu, kekhawatiran tidak mereda akibat dari temuan patahan aktif yang membentang di beberapa lokasi potensial pendaratan dan pembangunan pangkalan permanen di permukaan Bulan, termasuk Lee-Lincoln fault yang dinilai memicu gempa di masa kini.
Mengenai temuan tersebut, seorang ilmuwan senior emeritus di Smithsonian Institution, Thomas R. Watters merespons dengan memberikan peringatan jika aktivitas patahan aktif dari Bulan tersebut perlu diperhitungkan dengan serius ketika menentukan lokasi pangkalan di Bulan.
Perkiraan yang dapat dihitung terkait terjadinya gempa besar di Bulan yang dapat dinyatakan rusak di dekat patahan aktif ialah sekitar 1:20 juta per hari dan dapat meningkat hingga mencapai 1:5.500 dalam satu dekade untuk jangka panjang.
Untuk itu, hasil akhir dari penelitian tersebut adalah adanya saran jika pembangunan pangkalan lunar dijauhkan dari area retakan atau tebing patahan dalam rangka meminimalkan risiko kerusakan struktural. (*)

Redaksi Mitrapost.com






