Pati, Mitrapost.com – Menjelang akhir tahun, harga gabah beras ketan di Kabupaten Pati meroket tajam dan kini melampaui harga gabah beras biasa. Lonjakan harga ini membuat gabah ketan menjadi primadona baru di kalangan petani.
Berdasarkan pantauan di sejumlah wilayah sentra pertanian, harga gabah ketan di tingkat petani saat ini mencapai Rp8.500 per kilogram, naik sekitar Rp500–Rp1.000 hanya dalam sepekan terakhir. Sementara gabah beras biasa masih bertahan di kisaran Rp7.500 per kilogram.
Menurut para petani, kenaikan harga ini didorong oleh tingginya permintaan dari masyarakat untuk kebutuhan hajatan, pesta pernikahan, hingga upacara adat yang marak digelar menjelang akhir tahun.
“Sekarang harga gabah ketan malah lebih tinggi dari beras biasa. Permintaan banyak karena musim hajatan,” ujar Kamelan, petani asal Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo, belum lama ini.
Ia menambahkan, tren ini membuat sebagian petani mulai melirik untuk menanam padi ketan. Selisih harga yang cukup besar dianggap mampu menambah keuntungan dibanding menanam padi biasa.
“Kalau harga terus tinggi, bisa jadi banyak petani beralih ke ketan,” imbuhnya.
Dalam tiga tahun terakhir, harga gabah ketan di Pati memang cenderung fluktuatif. Namun pada periode tertentu, terutama saat permintaan meningkat, harganya bisa menembus Rp10.000 per kilogram.
Di sisi lain, harga acuan pemerintah (HAP) untuk gabah beras biasa masih berada di angka Rp6.500 per kilogram, jauh di bawah harga pasar saat ini.
Kondisi ini menjadi angin segar bagi petani, namun juga menimbulkan kekhawatiran akan ketidakseimbangan pasokan pada musim tanam berikutnya jika terlalu banyak petani beralih ke ketan.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mengatur pola tanam dan distribusi gabah agar lonjakan harga tidak menimbulkan dampak lanjutan terhadap kestabilan pangan di Pati dan sekitarnya. (*)

Wartawan Mitrapost.com