Rembang, Mitrapost.com – Ubaidillah Ahmad atau Gus Ubaid tidak hanya menjadi penulis. Salah satu kesibukannya hari ini, beliau menjadi pengasuh pondok Assufya Institut.
“Assufya Institut berdiri karena tidak sengaja. Berdiri setelah mendampingi masyarakat itu. Gak sengaja ada satu dua orang yang ikut. Awalnya dari pesantren gak serius sekarang menjadi pesantren yang serius.” tuturnya.
Dalam perjalanan, Gus Ubaid tidak menargetkan jumlah. Beliau membentuk santri dalam kajian membebaskan dan mencerahkan.
“Targetnya tentu tidak jumlah. Tapi kajiannya. Yang membebaskan, mencerahkan dan taffakkur fiddin.” Imbuhnya.
Baca juga : Gus Ubaid : Guru, Penulis dan Perlawanan
Namun pesantren ini berbeda dengan pesantren salaf pada umumnya. Gus Ubaid membentuk para santri dengan kajian klasik dan juga menuntut santri mampu memberi konteks pada teks-teks tersebut dalam kajian hari ini.
“Kajiannya kayak pesantren salaf. Cuman saya lebih ke arah bagaimana santri bisa lebih mengkontekkan khasanah klasik itu. Agar bisa dirasakan oleh masyarakat sekarang. Itu aja bedanya. Kalau untuk teks-teks (barat) itu langsung masuk dari prespektif saya. Tidak saya sodorkan secara langsung. Tapi selalu ada pendekatan filosofis, psikologi dan terminologis itu masuk dalam gaya saya.” Jelasnya.