Mitrapost.com – Akhirnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui protokol uji coba obat herbal tradisional Afrika sebagai pengobatan potensial bagi pasien Covid-19.
Merebaknya pandemi Covid-19 membuat banyak masayrakat dunia memilih obat tradisional guna menangkal terjangkitnya virus Corona. Mereka menilai, obat tradisional memiliki khasiat besar dalam menjaga kesehatan dan mampu menangkal berbagai macam penyakit.
Baca juga: Masker Scuba dan Buff Tidak Direkomendasikan untuk Digunakan Sehari-hari
Kondisi ini membuat pihak WHO lantas mendorong agar obat tradisional diuji klinis khasiatnya seperti yang dilakukan pada molekul-molekul yang dikembangkan di laboratorium Asia, Eropa, dan Amerika.
Melansir Kumparan.com, Selasa (22/9/2020) perkembangan penggunaan obat tradisional untuk COVID-19 terjadi beberapa bulan belakangan usai presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, mempromosikan sebuah minuman jamu herbal yang berbahan artemisia yang diberi nama Covid Organics atau CVO. Artemisia sendiri adalah tanaman yang diklaim berkhasiat untuk mengobati penyakit malaria.
Baca juga: Tak sama, Inilah Perbedaan Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen
Alih-alih mendapat dukungan,obat herbal yang terbuat dari artemisia ini justru diremehkan dan banyak orang mencibirnya. Hingga pada akhirnya, pada Sabtu (19/9), para peneliti dari WHO dan rekan peneliti dari dua organisasi lain mendukung pedoman untuk uji klinis tahap III obat herbal virus corona
“Kami mengesahkan protokol uji klinis pengobatan herbal tahap III untuk COVID-19, serta menyetujui kerangka acuan untuk pembentukan data dan juklak pemantauan keamanan untuk uji klinis pengobatan herbal,” kata WHO dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Kumparan.com.
Baca juga: Padatnya Jadwal Meeting Virtual Bisa Mengguncang Kesehatan Mental
Menurut WHO, uji klinis tahap III ini sangat penting untuk menilai keamanan dan kemanjuran sebuah produk medis baru. Sementara Prosper Tumusiime, direktur regional WHO mengatakan, jika produk obat tradisional terbukti aman, berkhasiat, dan terjamin kualitasnya, maka WHO akan merekomendasikannya untuk produksi lokal berskala besar.
Tumusiime tidak secara spesifik merujuk pada obat herbal COVID-19 dari Madagaskar atau CVO yang direkomendasikan oleh Rajoelina. Namun yang pasti obat CVO saat ini telah banyak didistribusikan di Madagaskar dan dijual oleh sejumlah negara di Afrika.
Sebelumnya pada Mei 2020, direktur WHO regional Afrika, Matshidiso Moeti mengatakan, sejak tahun 2000 pemerintah di negaranya telah berkomitmen untuk melibatkan terapi tradisional yang telah diuji klinis dalam pengobatan penyakit.
Baca juga:
- CDC Mengungkap Risiko Ibu Hamil Terjangkit Covid-19
- Sebut Covid-19 Bisa Menular Lewat Udara, CDC Tarik Kembali Draf Panduan
- WHO Peringatkan Pandemi Baru, Bagaimana Saran Ahli?
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, instagram, dan twitter
Redaktur: Atik Zuliati
Redaksi Mitrapost.com