Edi mengungkapkan, kondisi kurang gizi bukan disebabkan oleh tingkat perekonomian warga melainkan didominasi oleh kelalaian orang tua dalam memperhatikan gizi anak. Juga diusia tersebut dianjurkan agar orang tua memberikan suplemen darah sesekali.
“Kriterianya kan paling mudah HB atau kadar darah. kalau remaja di bawah 10 kurang, idealnya 13 paling tidak diatas 10 maka diberi supplemen darah,” imbuh Edi.
Baca juga: Langkah Konkret Pembangunan Berkelanjutan Lokal Pati
Dikategorikan sebagai lokus stunting bukan hal yang negatif. Tahun depan pemerintah berencana menjadikan seluruh Jawa tengah menjadi lokus agar mendapatkan penanganan dari pemerintah secara merata.
“Kayaknya tahun 2021 kayaknya semua jadi lokus. Akan mendapatkan pendampingan pemerintah pusat. Misalkan ada yang dari faktor kerjaan orang tua, pendapatannya kurang itu akan di intervensi padat karya . Tidak cuma2,”pungkasnya.(*)
Baca juga:
- Langkah Ganjar Tangani Covid-19 Diapresiasi DPR RI
- Pati Nomor 4 Penyumbang TKI di Jateng, Bappeda Harap Pulang Ciptakan Lapangan Kerja
- Muncul Isu Efek Bahaya Vaksin Covid-19, Dinkes Pati: Tahap Uji Coba
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati