Pati, Mitrapost.com – Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati berkomitmen akan mengawal dan mendukung eksistensi para petani padi organik. Hal ini karena gairah para petani untuk kembali bertani padi secara organik mulai meningkat.
Dukungan itu diantaranya dengan memberikan pendampingan kepada salah satu petani yang telah menggeluti pengembangan pertanian organik. Ia adalah Kawi dari Desa Tambahmulyo, Kecamatan Gabus.
Kawi mengungkapkan bahwa hasil panen padi organiknya memiliki kualitas yang baik, serta nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan padi sintetis.
“Hasil panen organik jauh lebih bagus. Karena saya merawatnya dengan telaten menggunakan pupuk organik maupun obat organic sehingga kondisi padi dan lahannya terhindar dari zat kimia,” ungkap Kawi, Jumat (26/2/2021).
Selain itu, dirinya juga menyebut jika harga padi organik lebih tinggi di kisaran 5.200 sampai 5.400 per kilogram.
“Kalau padi sintetis, harganya berkisar Rp4.200 per kilogram sampai dengan Rp4.400 per kilogram. Sedangkan harga padi organik, mampu menyentuh Rp5.200 sampai dengan Rp5.400 per kilogram,” ungkapnya.
Baca juga: Petani Pati Enggan Tanam Padi Organik, Kampanye Pangan Sehat Perlu Digalakkan
Kawi memulai mengembangkan pertanian organik sejak 2010 namun ia mengalami kegagalan karena kurang ilmu, kurang pendampingan, dan belum mampu mengantisipasi serangan hama.
Kemudian ia mencoba lagi 2015. Pengembangan pertanian organik yang ia lakukan berhasil tetapi belum optimal. Ia mengatakan karena waktu itu belum tahu pemasarannya.
Tidak cukup sampai di situ, pada 2019 ia bertemu dengan Eni Prasetyowati dari BPP Gabus dan Prof. Purwanto dari Ungaran untuk melanjutkan pengembangan tanam padi organik.
“Saat itu Bu Eni dan Prof. Purwanto mendampingi saya, mereka mendorong saya untuk terus mengembangkan penanaman padi organik. Akhirnya saya melalukannya lagi hingga sekarang,” ujarnya.
Baca juga: Meski Banjir Penyuluh Pertanian Tetap Dampingi Para Petani
Pada panen masa tanam 1 (MT-1) yang dimulai sejak November 2020, ia berhasil memanen 6,5 petak sawah (luasnya 9.630 hektare). Dalam panen tersebut ia menghasilkan 92 karung.
Setelah itu, padi yang sudah kering akan digunakan untuk benih ditanam kembali. Sementara padi yang belum kering akan diantar ke selep untuk dijemur kemudian dijual.
“Jika dihitung per kilogram, satu karung beratnya 45 kg. Sehingga dari total semua karung hasil panen sejumlah 4.140 kg atau 4,1 ton. Meskipun sebetulnya padi organik, hasilnya tidak sebanyak hasil panen petani lain yang masih memakai padi sintetis,” pungkas Kawi. (*)
Baca juga: Punya Asuransi Petani, Gagal Panen Dapat Kompensasi
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Ulfa