Sekali produksi ia bisa mengolah sekitar 20 kilo rempah-rempah. Satu produknya bisa dihargai Rp10 ribu hingga Rp30 ribu.
Tak hanya menyuplai di dalam Kota Pati, Yuli mengaku permintaan juga sering datang dari luar kota bahkan luar pulau.
Meski demikian, saat pandemi ia mengaku omzet penjualannya belum bisa seoptimal masa sebelum pandemi Covid-19.
Bahkan, ia mengaku sejak pandemi terpaksa merumahkan satu karyawannya. “Karyawan berkurang dulu awalnya 6 untuk panen madu dan di kebun awal pandemi pertengahan kurang 1 jadi 5,” imbuhnya.
Pembeli produknya saat ini juga lebih sering dari golongan perorangan bukan dari toko, retail atau reseller. Hal tersebut membuktikan daya beli masyarakat belum membaik.
Meski demikian, ia optimis saat pandemi selesai usahanya bisa semakin berkembang seiring kesadaran masyarakat akan kesehatan bertambah.(*)
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati