Pati, Mitrapost.com – Supriyanto, pemilik Bu Coffee dari Kecamatan Gembong Kabupaten Pati membuat produk parfum kopi untuk kenalkan komoditas kopi Jolong di kancah nasional.
Supriyanto sehari-hari menjual kopi bubuk yang biasa dipasarkan di tempat Wisata agro Jolong, Gembong dan retail-retail modern. Sebagai salah satu penggerak usaha kopi di daerahnya ia terdorong untuk berinovasi sekaligus mengenalkan varietas kopi jolong dengan cara yang kreatif.
Setelah melihat berbagai referensi dari beberapa sumber, terbesit olehnya untuk membuat produk parfum berbahan dasar kopi Jolong tepatnya pada tahun 2020.
“Sejak ada ramai parfum kopi dari Bali, kita inisiatif buat sendiri tujuannya kita kenalkan kopi Jolong sebagai produk lokal Pati. 2020 awal kita mulai,” ujar Suproyanto kepada Mitrapost.com, (26/7/2021).
Parfum kopi dikemas dalam miniatur karung goni berukuran sekitar 8×6 cm. Parfum bisa diletakkan di mobil, ruangan, kipas angin atau mana saja menjadi pengharum. Setelah wanginya habis, kantong parfum bisa digunakan untuk gantungan kunci.
Kepada Mitrapost.com, Supriyanto menjelaskan cara membuat Parfum kopi. Langkah awal, biji kopi pilihan disangrai kemudian ditambah essence tertentu. Dicampurkan dengan cara khusus.
Parfum kopi buatannya mememiliki tiga varian aroma yakni original, vanila dan cappuchino. Selain dijadikan pengharum, parfum kopi juga bisa menjadi aroma terapi khususnya bagi golongan pecinta kopi.
Ia menyebut, awal dipasarkan animo masyarakat terhadap produk ini cukup tinggi. Dibuktikan dengan tingginya permintaan di tempat wisata Jolong. Ia bahkan memenuhi pesanan dari luar daerah seperti Jakarta dan dan Palembang.
Meski terhitung baru dalam sekali produksi Supriyanto mengaku bisa menjual 50-100 buah. 1 buah di tangan reseller bisa dihargai Rp10-15 ribu.
Sayangnya, saat pandemi Covid-19 melanda dan Pemberlakuan Pembatasan kegiagan Masyarakat (PPKM) dilakukan, ia terpaksa mengurangi produksi parfum.
Pasalnya, tempat wisata di mana ia biasa memasarkan parfumnya ditutup, ditambah permintaan dari luar kota menurun.
“Pas pandemi jebret reseller pada gentayangan kalau ini belum berani produksi banyak. Kemarin ada permintaan keluar kota tapi dipending. 10-15 kan ongkosnya rugi. kalau ini kita buat ketika ada pesanan saja. Karena produknya itu tidak bisa lama, soalnya kalau kena angin menguap,” katanya.
Supriyanto mengatakan ia optimis ke depannya permintaan parfum kopi akan meningkat mengingat pasarnya masih besar. Ia mengaku belum banyak pengusaha parfum serupa khususnya di Kabupaten Pati. Di sisi lain varietas kopi Jolong di kancah nasional juga semakin populer.(*)
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati
Wartawan Area Kabupaten Pati