Mitrapost.com– Banjir di wilayah China menyebabkan 60 tambang batu bara di provinsi Shanxi tutup. Padahal tambang tersebut menjadi tambang batu bara terbesar di China. Alhasil, China mengalami mati listrik lantaran harga batu bara yang tinggi.Menurut laporan dari media setempat, Securities Times, Provinsi Shanxi yang menempati urutan ketiga di negara itu untuk produksi batu bara juga melaporkan kalau hujan lebat dan tanah longsor telah merugikan operasi di tambang lokal.
Hal tersebut menyebabkan harga batu bara nasional Tirai Bambu melambung tinggi,
sejauh ini harga batu bara di China telah naik sebanyak 12% menjadi 1.408 yuan (US$ 219 atau setara dengan Rp 3,1 juta bila dihitung dengan kurs Rp 14.300/dolar AS) per metrik ton.
Padahal batu bara menjadi sumber energi di China untuk pembangkit listrik, pemanasan, dan pembuatan baja. Bahkan pada tahun lalu, penggunaan batu bara memenuhi hampir 60% dari total penggunaan energi China.
Alhasil, 20 provinsi China dalam beberapa pekan terakhir mengalami kekurangan energi dan memaksa pemerintah untuk memberikan jatah listrik pada jam kerja. Hal ini membuat output industry merugi.
“Pemadaman listrik China akan menambah tekanan ekonomi, membebani pertumbuhan PDB untuk 2022. Risiko terhadap perkiraan PDB bisa lebih besar karena gangguan pada produksi dan rantai pasokan masuk,” kata analis Moody.
Mengingat masalah tersebut, pemerintah China membelakukan kenaikan harga tarif listrik hingga 20 persen pada hari Jumat lalu.
“Sejak awal tahun ini, harga energi di pasar internasional telah meningkat tajam, dan pasokan listrik dan batu bara domestik tetap ketat,” kata salah seorang Dewan Kabinet negara itu dalam sebuah pernyataan.
“Faktor-faktor itu telah menyebabkan pemadaman listrik di beberapa tempat, mempengaruhi operasi ekonomi normal dan kehidupan penduduk,” jelasnya lagi. (*)
Artikel ini telah tayang di DetikFinance.com dengan judul “Harga Batu Bara Makin Mahal, Mati Listrik di China Berlanjut”
Redaksi Mitrapost.com