Bagaimana Islam Memandang Seseorang yang Suka Mengejek dan Memperolok-olok?

Mitrapost.com – Sering kali dalam sebuah pergaulan, seseorang dapat dengan santai mengejek satu sama lain. Sebagian orang melemparkan ejekan untuk bercanda dan mencairkan suasana. Namun, hal ini bisa menjadi masalah jika ada orang yang merasa sakit hati karena ejekan tersebut.

Lantas, bagaimana sebenarnya Islam memandang hal ini?

Dilansir dari laman NU Online, pengertian sukhriyyah atau olok-olok adalah tindakan menghina dan merendahkan, baik melalui perbuatan atau ucapan, bahkan isyarat dan petunjuk tertentu. Senyum mengejek atau memperolok-olok orang lain sangat dilarang dalam Islam. Apalagi, jika ejekan tersebut menyakiti hati orang lain karena merasa direndahkan. Menurut Imam Al-Ghazali, ejekan dapat membuka aib dan kekurangan orang meski hanya dilakukan sebagai isyarat dan bahan bercandaan saja. Membuka aib seseorang merupakan tindakan tercela dan dibenci oleh Allah SWT.

Baca Juga :   ‘Tuhan Kita Bukan Orang Arab’, Menteri Agama Bela Jenderal Dudung

Larangan memperolok orang lain ini telah termaktub di dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 11, yang berbunyi;

الآفة الحادية عشر السخرية والاستهزاء وهذا محرم مهما كان مؤذيا كما قال تعالى يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ومعنى السخرية الاستهانة والتحقير والتنبيه على العيوب والنقائص على وجه يضحك منه وقد يكون ذلك بالمحاكاة في الفعل والقول وقد يكون بالإشارة والإيماء

Artinya: “Kerusakan kesebelas adalah ejekan dan olok-olok. Hal ini diharamkan ketika menyakiti pihak lain sebagaimana firman Allah SWT, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kelompok mengolok-olok kelompok lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Jangan pula sekelompok perempuan (mengolok-olok) kelompok perempuan lainnya (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari kelompok (yang mengolok-olok),’. (Surat Al-Hujurat ayat 11)

Baca Juga :   Ferdinand Angkat Bicara Dipolisikan Ormas Muslim Sebab Cuitannya

Dalam Ahl-Ghazali, Ibnu Abbas RA pernah menyebutkan bahwa senyum merendahkan merupakan dosa yang tercatat. Jika senyum menghina berdosa kecil, maka tertawa menghina adalah perbuatan yang berdosa besar.

 وقال ابن عباس في قوله تعالى يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا إن الصغيرة التبسم بالاستهزاء بالمؤمن والكبيرة القهقهة بذلك وهذا إشارة إلى أن الضحك على الناس من جملة الذنوب والكبائر

Artinya: “Sahabat Ibnu Abbas RA perihal firman Allah SWT ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak juga yang besar, melainkan ia mencatat semuanya,’ (Surat Al-Kahfi ayat 49) mengatakan, ‘yang kecil’ adalah senyum ejekan terhadap orang yang beriman. Sedangkan ‘yang besar’ adalah tertawa terbahak sebagai ejekan atas orang beriman.’ Ini sudah cukup sebagai isyarat bahwa menertawakan orang lain sebagai ejekan termasuk dosa besar.”

Kesimpulannya, ejekan atau mengolok-ngolok bisa dilakukan lewat perbuatan, ucapan, isyarat bahkan senyuman kecil dengan sarat penghinaan. Melemparkan ejekan dan menertawakan aib seseorang merupakan suatu perbuatan yang tercela karena dapat menyakiti orang lain. Padahal, Islam dengan tegas melarang kita untuk menyakiti hati orang lain.

Baca Juga :   Apakah Tahajud Waktu Allah SWT Turun ke Langit Dunia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan bit.ly/googlenewsmitrapost dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati