Pati, Mitrapost.com – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya menyebut, musim kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan musim kemarau dua tahun sebelumnya. Masyarakat diminta waspada dan siaga terhadap dampak yang mungkin terjadi.
Musim kemarau tahun 2023 dimulai bulan Mei ditandai dengan saat malam suhu cuaca mengalami penurunan, sedangkan saat siang hari terasa panas dan curah hujan berkurang signifikan.
“Musim kemarau ini diperkirakan bulan Mei dari hasil evaluasi kita kemarin. Diperkirakan kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan di 2021 dan 2022,” ungkap Martinus saat ditemui Mitrapost.com belum lama ini.
Tambahnya, musim kemarau diprediksi akan berakhir antara bulan September dan Oktober, sementara puncaknya akan terjadi di bulan Juli atau Agustus.
Prakiraan tersebut didasarkan pada hasil analisis BMKG yang memperhatikan perkembangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer regional maupun global yang sedang berlangsung.
Panjangnya kemarau disebabkan Adanya dampak kombinasi fenomena El Nino dan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia.
Musim kemarau ekstrem bisa menyebabkan kekurangan berbagai masalah diantaranya kekurangan air bersih, kekeringan di sektor pertanian, hingga kebakaran.
“September atau Oktober baru bisa masuk musim penghujan jadi cukup panjang ada enam bulan. Ini yang harus diwaspadai dan sungguh-sungguh terutama untuk masyarakat yang terbiasa mengalami musim kering,” imbuh kepala BPBD Pati.
Pemerintah kabupaten Pati melalui BPBD terus memantau informasi dari BMKG terkait progres musim yang selanjutnya disebarkan kepada Pemerintah desa dan relawan agar masyarakat terhindar dari kabar-kabar tidak benar atau hoaks yang menyebabkan warga panik dan cemas. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati