Pati, Mitrapost.com – Kasus cacar monyet atau monkeypox semakin meluas. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati memastikan hingga saat ini di wilayah Kabupaten Pati masih aman dan jauh dari kasus monkeypox.
Sebelumnya, Dinkes Pati sudah melakukan koordinasi dan komunikasi bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk menelusuri kasus monkeypox.
Alhasil dari 35 kabupaten di Provinsi Jateng belum sama sekali ditemukan kasus monkeypox seperti yang sedang tren di wilayah DKI Jakarta.
Keterangan ini disampaikan melalui Plt Sekretaris Dinkes Kabupaten Pati, dr Joko Leksono Widodo. Ia mengatakan bahwasannya monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Dalam sejarahnya, kasus monkeypox di tahun 1954 sudah ditemukan penularannya dari hewan ke hewan (monyet ke monyet). Kemudian di tahun 1970 kasus tersebut mulai menular dari hewan ke manusia.
“Monkeypox dalam dunia medis disebut dengan MPV (monkeypox virus). Sebab, monkeypox merupakan sejenis penyakit yang diakibatkan oleh virus ataupun hewan yang mengerat. Seperti tupai, bajing, dan terbanyak adalah tikus. Sebetulnya penyakit ini sudah lama, sejak 1954 di Kongo ditemukan penularan mokeypox dari monyet ke monyet. Tapi memang trennya baru sekarang,” kata dr. Joko kepada Mitrapost.com.
Ia menambahkan, kasus monkeypox secara referensi hampir sama dengan chikenpox (cacar air). Akan tetapi, monkeypox pada lesi (luka) lebih besar dan dominan di area wajah, telapak tangan dan kaki saja. Sedangkan chikenpox lesi-nya lebih kecil dan menyerang di sekujur tubuh manusia.
“Monkeypox ini gejalanya hampir sama dengan chikenpox. Lesi atau luka yang ada di kulit lebih besar daripada chikenpox. Dan monkeypox masuk masa inkubasi cacar yang lumayan lama, dari hari ke 6 sampai hari 21. Dan biasanya minggu ke 4 sudah hilang dengan sendirinya. Kalau chikenpox kan lesi-nya juga ada airnya, tapi kalau infeksi ada nanahnya,” tambahnya.
Lebih lanjut, meskipun di Kabupaten Pati ditemukan kasus monkeypox akan dipastikan bahwa itu hanya sebatas curiga. Sebab tidak semata-mata luka yang ada di kulit manusia langsung dikatakan sebagai monkeypox.
Sehingga perlu adanya penelusuran dan pengecekan lebih lanjut melalui laboratorium jika mengarah ke kasus monkeypox. Kemudian dikoordinasikan ke pusat dan akan dihasilkan bahwa itu positif monkeypox atau hanya sebatas chikenpox.
“Dan biasanya kita hanya menemukan suspek, yang artinya curiga. Pastinya kita selalu melakukan pengecekan melalui laboratorium yang arahnya suspek monkeypox. Setelah itu dikirimkan ke Bandung untuk diperiksa dan akan dikembalikan ke kita apakah positif monkeypox atau chikenpox biasa,” papar dr. Joko. (*)


