Mitrapost.com – Bank Dunia mengungkapkan bahwa harga beras Indonesia menjadi yang termahal di negara-negara Asia Tenggara.
Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan petani di Indonesia yang masih rendah.
“Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN,” ungkap Country Director for Indonesia and Timor-Leste, World Bank, Carolyn Turk dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC), di The Westin Resort Nusa Dua, Bali.
Dalam hal ini, Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menjelaskan alasan harga beras yang mahal.
Menurutnya, rantai pasok yang panjang menyebabkan melambungnya harga beras. Hal ini diperparah dengan kesulitan petani untuk mendapatkan pupuk dan bibit unggul.
“Nah saya biasa di lapangan, memang betul panjang (rantai pasok). Jadi dari petani itu, petani yang bekerja 4 bulan sudah mendapatkan pupuknya susah, ya kan, mendapatkan benih yang berkualitas juga susah, sehingga ada yang beli melalui online, online kualitasnya tidak jelas. Yang begini harusnya dikontrol, sehingga produktivitas terganggu,” kata dia.
Sutarto juga menjelaskan saat panen terjadi banyak makelar bertingkat yang masuk untuk mendistribusikan harga hasil produksi.
“Makelar ini misalnya saya penggilingan padi misalnya di Ngawi gitu ya, atau di Jombang. Itu saya punya maklar di Lampung, gitu kan. Nah makelar ini mengkoordinir makelar-makelar yang ada di bawah. Yang di bawah nanti, ini sudah berapa? Ini kan yang menyebabkan kita itu mahal, salah satunya (beras Indonesia termahal di ASEAN),” ungkap dia.
Ia lalu menegaskan Indonesia bukan tertinggi utama, melainkan ada negara Singapura.
“Kalau saingannya dengan ASEAN itu biasanya dengan Filipina, jangan dibandingkan dengan Singapura. Kalau Singapura itu harganya kan pasti tinggi. Mungkin dengan Filipina itu agak imbang, karena kita impor yang terbesar di ASEAN itu kan sekarang ini Indonesia dan Filipina,” ujar dia.
Lebih dari itu, Sutarto menyebut negara-negara ASEAN sepeti Malaysia dan Filipina juga meningkatkan impor berasnya.
“Meskipun Malaysia tahun ini juga impornya termasuk kayak, nggak tau, pokoknya juga karena takut juga. Tidak pernah 1,5 juta ton, sekarang 1,5 juta ton. Biasanya hanya sekitar 1 juta lebih. Filipina sekarang juga impornya 3 jutaan. Itu juga luar biasa gitu,” tuturnya.
“Nah Indonesia, nampaknya tahun ini akan menjadi 3,7, akan hebat juga gitu kan,” pungkasnya. (*)
Redaksi Mitrapost.com