Klaten, Mitrapost.com – Serapan beras di Jawa Jateng menduduki nomor dua tertinggi di Indonesia. Yakni sebanyak 27.100 ton atau rata-rata 1.500 ton beras per harinya. Akan tetapi tingginya angka serapan beras oleh Bulog harus disertai kebijakan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuturkan saat ini Bulog dituntut menyerap namun tidak ada jalur untuk mengeluarkan. Sementara, dulu Bulog punya program beras miskin (raskin), yang sekarang sudah tidak ada.
“Ini diserap terus, tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya untuk bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya ndongkrok,” tegasnya.
Baca juga: Hasil Panen Surplus, Bupati Rembang Tolak Impor Beras
Menurut gubernur, fungsi Bulog agak pincang. Di satu sisi mereka diminta menyerap gabah dari petani, tapi keluarnya tidak banyak, hanya untuk stok saja.
“Kalau sistemnya nggak diubah, sudah pasti serapan Bulog nggak bisa bagus. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar,” tandasnya.