“Langkah Pemprov Jateng dan Pemkab Rembang jadikan Rembang sebagai Kota Fashion dan Lasem sebagai Kota Pusaka kami dukung,” ungkap Sandi.
Ia pun mengajak masyarakat untuk membeli produk local sehingga dapat mengangkat identitas bangsa di tengah globalisasi.
“Jangan hanya jadi Rohali (Rombongan hanya lihat-lihat), tapi jadi Rojali (Rombongan jadi beli). Kita beli dan pakai sendiri, hal kecil yang bisa angkat identitas bangsa di tengah globalisasi, digitalisasi, pandemi dan tantangan ekonomi,” ujarnya.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo berharap, upaya ini dapat berkesinambungan. Ia juga mengaku bahwa ini menjadi salah satu langkah yang luar biasa.
“Menurut saya ini start yang luar biasa. Harapannya bisa dikembangkan di tempat lain, seperti batik Pekalongan, batik Solo. Atau berdasarkan wilayah, batik pesisiran bagaimana nilai historisnya,” jelasnya.
Menurut Atikoh, penggalian batik beserta modifikasi dan sejarahnya bisa menjadi warisan. Selain itu, upaya modifikasi penjualan batik di masa pandemi amat penting. Hal itu dapat dilakukan dengan variasi produk hingga mengajak Generasi Z untuk ikut memasarkan melalui media online.