Mitrapost.com – Bicara soal pesona kuliner Indonesia, street food alias jajanan pinggir jalan selalu memiliki tempat istimewa.
Mulai dari sate Madura, bakso gerobak, sampai martabak manis yang lumer, semua punya daya tarik yang tidak hanya memikat lidah lokal, tetapi juga wisatawan asing.
Bagi banyak turis, street food bukan sekadar makanan murah meriah, melainkan pengalaman budaya. Mereka bisa melihat langsung bagaimana makanan dimasak, berinteraksi dengan pedagang, hingga mencicipi rasa autentik khas Indonesia.
Tak heran, street food sering kali menjadi cerita pertama yang dibawa pulang oleh wisatawan setelah liburan.
Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sektor kuliner menyumbang hampir 41 persen dari total kontribusi ekonomi kreatif Indonesia pada 2023. Dari angka itu, makanan tradisional dan street food berperan besar sebagai wajah pertama yang ditemui wisatawan.
Bahkan, survei Booking.com menunjukkan bahwa 63 persen wisatawan global memilih destinasi berdasarkan kuliner lokal yang bisa mereka cicipi, termasuk jajanan jalanan.
Contoh nyatanya terlihat di kawasan Malioboro Yogyakarta, Jalan Sabang Jakarta, hingga Pasar Kreneng Bali. Tempat-tempat ini kerap menjadi destinasi kuliner wajib turis mancanegara.
Tak jarang, makanan sederhana seperti nasi goreng gerobak atau sate ayam justru lebih mereka rindukan dibanding menu restoran mewah.
Uniknya, tren media sosial juga ikut mengangkat pamor street food Indonesia. Video pedagang kaki lima yang kreatif seperti es krim goreng atau bakso beranak, viral di TikTok dan Instagram sehingga memancing wisatawan asing untuk mencobanya langsung.
Eksistensi street food Indonesia pada akhirnya bukan hanya tentang rasa, tetapi juga interaksi manusia, suasana jalanan, hingga kehangatan budaya lokal yang melekat. (*)

Redaksi Mitrapost.com