Budaya Perang Obor Sarat Akan Filosofi, Pj Bupati Jepara: Harus Kita Lestarikan

Tak ayal, lanjutnya, festival tersebut dihadiri sejumlah turis dari luar kota, hingga mancanegara, salah satunya Singapura.

“Saya harap, melalui festival ini, dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di Desa Tegalsambi,” tuturnya.

Salah satu pemain perang obor Eko Susianto mengatakan, dirinya berpartisipasi selama kurang lebih 30 tahun, sejak 1985.

“Awalnya saya takut, tapi setelah ikut sekali, tahun selanjutnya sudah biasa saja sampai sekarang,” ujar Eko.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT 1 itu menjelaskan, apabila seorang pemain maupun pengunjung terkena pukulan obor dan mengalami luka bakar, luka tersebut akan cepat sembuh usai diolesi minyak berbahan minyak kelapa dan campuran beberapa jenis bunga yang biasa disebut minyak londoh. (*)