Selain sebagai monumen mengenang Pram dan menyimpan benda-benda keluarga Soesilo Toer, perpustakaan kecil itu juga turut mencerdaskan bangsa. Hal ini ditunjukan dengan membantu mendonasikan beberapa buku di berbagai perpustakaan jalanan.
“Pataba ikut juga berdonasi. Ke Penjara (Perpustakaan Jalanan Blora) di alun-alun, di Cepu di komunitas Baca Baku dan juga di Semarang.”
Perpustakaan pribadi ini, pada tahun 2011 merambah menjadi penerbitan. Karya pertama yang digarap Pataba berjudul ‘Suwung’ karya Lina Kelana. “Sebelumnya kami menerbitkan beberapa folklor dalam bentuk fotokopi.”
Dalam perjalanan waktu, Pataba hari ini menjelma menjadi penerbit indie yang berpusat di Blora. Dengan menerbitkan beberapa karya dari banyak kalangan dan karya Soesilo Toer sendiri.
“Pataba ingin bersaing dengan Gramedia, tapi ini penerbit independent,” pungkasnya. (*)
Baca juga:
- Belum Buka Layanan, Dinas Arpus Pati Tengah Menyusun SOP Persiapan ‘New Normal’
- Doa Sebelum Tidur dan Bangun dalam Bahasa Arab serta Latin
- Minat Baca Naik, Kinerja PLT Dinilai Masih Kurang Maksimal