Mitrapost.com – Prayoga sudah melihat ujung tangga. Barangkali lima puluh anak tangga lagi, ia melihat atap gedung kantor tempatnya bekerja. Dari sana ia akan bersiap melompat, untuk menghadapi ruang gelap yang ia sebut kematian. Namun pegal dan linu merambat ke selangkangan, dari persendian kaki hingga punggungnya.
Ia sendiri tak mengerti, hanya untuk mati saja, dirinya perlu bersusah payah seperti itu. Hanya untuk mati yang tercatat dalam portal berita daring, dan sejumlah surat kabar kota saja, ia perlu merangkak dari lantai satu hingga Lima. Bukankah itu yang ia impikan, saat ia menaiki sepuluh anak tangga pertama. Sebuah kata ‘Prayoga’ besar-besar terpampang dalam sebuah judul di halaman depan koran dengan imbuhan kalimat ‘lompat dari gedung’. Setelahnya para penulis dan analis kota kecil itu akan terus membahas tentang kematiannya, di meja debat TV dan dibaca oleh pembawa berita pagi, petang dan malam.
Ia juga sempat membayangkan seorang kepala polisi tua dengan kuwalahan menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan para pembuat berita. “Sabar-sabar, kami sedang dalam penyelidikan,” kata polisi yang saat ini hanya ada di kepalanya.