Selain itu, aksi heroik Rara mendapat apresiasi dari pihak MotoGP. Bahkan akun twitter resmi MotoGP menyebutnya The Master.
Dalam praktiknya, Rara tak ingin ada yang mengintervensi. Dalam artian tak ada pihak lain yang bekerja sepertinya. Apabila itu dilakukan, upaya-upaya yang dijalankan Rara bisa gagal.
Ia hanya tunduk dari perintah yang meminta jasanya. Rara menjelaskan, selama bertugas di MotoGP Mandalika perintah bisa datang kepadanya sejam sekali lewat telepon.
Perlu diinformasikan bahwa Rara lahir di Papua. Meski lahir di Bumi Cendrawasih, ia berdarah Jawa dan saat ini berdomisili di Bali. Pawang hujan yang telah melalang buana di pentas acara nasional itu menganut kepercayaan kejawen.
“Saya mulai belajar pawang sejak umur 9 tahun. Saya tidak menikah dan tidak makan daging hewan berkaki empat. Kalau sedang ritual saya tidak boleh lapar,” ungkapnya.
“Saya ga banyak makannya, tapi butuh kasih sayang. Perhatian. Makanan yang dikasih ini makanan tanda kasih sayang atau perhatian ke saya. Kalau saya sukanya makan kurma dan cokelat,” imbuh Rara. (*)