“Dari tarif pentas Rp2,5 juta di tahun 80-an, hingga sekarang tarifnya bisa mencapai Rp25 juta sekali pentas untuk sehari semalam. Seharusnya pada bulan-bulan ini dan bulan lalu Siswo Budoyo panen pentas. Namun sayang tahun ini sedang ada pandemi sehingga selama 7 bulan tidak ada pentas sama sekali,” imbuhnya.
Baca juga: Nasib Pegiat Ketoprak di Tengah New Normal
Heri menyebut ketoprak biasanya dalam setahun hanya ramai 4 sampai 5 bulan saja. Mulai Syawal hingga Muharam.
“Hampir 70 persen job kami dari event sedekah bumi. Selebihnya dari acara-acara hajatan seperti sunatan dan pernikahan,” bebernya.
Ketoprak memang bukan asli kesenian dari kota nasi gandul ini. Namun ketoprak tumbuh subur dan berkembang dari waktu ke waktu. Bahkan jumlah grup ketoprak di Pati menjadi yang terbanyak di seluruh Indonesia. (*)
Baca juga:
- Izinkan Seniman Pentas Lagi, Ganjar: Tapi Virtual
- Sempat Reaktif Rapid Test di Pemkab, Hasil Tes Swab Seniman Pati Negatif Covid-19
- 5 Bahan Ini Bisa Digunakan Sebagai Obat Sariawan Alami