Mitrapost.com – Hampir tujuh bulan lamanya wabah Covid-19 menjangkiti masyarakat Indonesia. Wabah ini merupakan penyakit baru yang hingga saat ini masih diteliti oleh para ilmuwan dunia.
Beberapa fakta mulai diketahui terkait Covid-19, salah satunya adalah gejala orang yang terjangki penyakit ini. Penemuan terbaru ditemukan kemunculan gejala happy hypoxia yang diduga membuat sejumlah pasien Covid-19 di Indonesia meninggal tanpa menunjukkan tanda-tanda sama sekali.
Baca juga: Tak Patuhi Protokol Kesehatan Saat Pilkada, Kemendagri : Tak Ada Toleransi
Happy hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Kondisi tersebut membuat seseorang mengalami masalah dalam pernapasan berupa sesak napas atau dispnea. Menurut studi menyatakan, pengidap Covid-19 yang mengalami happy hypoxia masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami sesak napas.
Lebih lanjut mengenai happy hypoxia atau hypoxemia merupakan kondisi ketika tubuh tidak merasakan gejala sesak napas, namun kadar oksigen dalam tubuh sangatlah rendah.
Baca juga: Mempunyai Kandungan Kaya Nutrisi, Beragam Manfaat Tauge Bagi Kesehatan
Tanpa oksigen yang cukup, otak, ginjal dan berbagai organ dalam tubuh dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah gejala dimulai. Bila kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tersebut dapat mati dan hal ini mengancam jiwa.
Pada dasarnya Covid-19 adalah penyakit gangguan pernapasan, dan pada kasus yang parah, penyakit tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Itulah mengapa tingkat oksigen darah yang sangat rendah ditemukan pada sejumlah pasien Covid-19 di Indonesia.
Baca juga: Bercanda Jangan Keterlaluan, Body Shaming Ancam Kesehatan Mental
Sebuah studi yang ditulis oleh Dr. Martin J. Tobin, seorang profesor kedokteran paru dan perawatan kritis di Loyola University Medical Center, di Maywood, IL, meneliti 16 pasien COVID-19 dengan tingkat oksigen yang rendah (memiliki nilai 50 persen dari kisaran normal 95-100 persen) yang tidak mengalami sesak napas atau dispnea.
Melalui penelitian tersebut diketahui adanya mekanisme patofisiologis yang berperan penting dalam kasus silent hypoxia, termasuk penilaian awal tingkat oksigen pasien dengan pulse oksimetri.
Baca juga: Doa Agar Diberi Nikmat Panjang Umur dan Kesehatan
Penyebab lainnya adalah respon otak terhadap tingkat oksigen yang rendah. Ketika kadar oksigen pengidap menurun, otak tidak merespons sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah.
Hal lain, Covid-19 diduga dapat memengaruhi reseptor tubuh sehingga tidak merespons pada tingkat oksigen yang rendah. Hal ini dikaitkan dengan kurangnya penciuman yang ditemukan pada dua pertiga pasien COVID-19.
Mengingat happy hypoxia memiliki tingkat bahaya yang tinggi sangat penting untuk mewaspadai gejala tersebut. Ketika mengalami gejala-gejala seperti batuk, denyut jantung meningkat atau melambat, nafas menjadi cepat, sesak napas, berkeringat, dan penurunan kesadaran harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan happy hypoxia sendiri bertujuan untuk memasukkan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh pengidap.
Baca juga:
- Masyarakat Sepelekan Protokol Kesehatan, Dewan Pati Minta Jalankan Patroli Rutin
- Langgar Protokol Kesehatan Warga Sidoarjo Dihukum Baca Doa di Makam Korban Virus Corona
- Doa Agar Diberi Nikmat Panjang Umur dan Kesehatan
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, instagram, dan twitter
Redaktur: Atik Zuliati
Redaksi Mitrapost.com





