Mengenal Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Penuh Makna

Mitrapost.com – Setelah merayakan Idulfitri pada 1 Syawal, masyarakat Jawa kemudian menggelar perayaan lebaran ketupat. Tradisi ini biasanya berlangsung pada hari ke-7 lebaran.

Ketupat merupakan jenis makanan yang berasal dari beras dimasukkan ke dalam anyaman janur atau daun kelapa. Kemudian, dimasak dengan memakan waktu yang cukup lama. Setelah masak, ketupat tersebut diantarkan ke kerabat terdekat atau kepada mereka yang lebih tua sebagai simbol kebersamaan dan lambing kasih sayang.

Menurut laman NU Online, lebaran ketupat pertama kali diperkenalkan oleh sunan Kalijaga. Saat itu, beliau memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Baca juga: Jalur Pariwisata, Jalan Jolong-Poh Gading Siap Dilebarkan

Baca Juga :   Kemenag Rencanakan Gelar Sidang Isbat Awal Syawal Pada 11 Mei

Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksaaan salat id satu Syawal hingga tradisi silaturahmi antar umat muslim. Sementara itu, Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran.

Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”.

Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.

Makanan ketupat menjadi simbol dalam masyarakat Jawa, sehingga orang yang bertamu akan disuguhi ketupat pada hari lebaran dan diharuskan memakannya sebagai pertanda sudah rela dan saling memaafkan.

Baca juga: Intip 6 Tradisi Unik saat Lebaran Sejumlah Daerah di Nusantara

Pada perayaan idul fitri dalam tradisi jawa, tradisi halal bihalal dalam keluarga besar biasa dikenal dengan istilah “sungkeman”. Tradisi ini pada umumnya dilakukan di kalangan kerabat dekat saja. Inti dari acara sungkeman adalah saling meminta maaf antar kerabat. Sungkeman tidak hanya dilakukan dengan berjabat tangan. Ada sejumlah prosedur tertentu yang perlu dilakukan pada acara sungkeman ini.

Baca Juga :   Lebaran Sudah Lewat, Apa Kabar Berat Badan?

Kemudian, barulah halal bihalal dilanjutkan dengan berkunjung ke tetangga. Setelah sungkeman selesai, semua keluarga kembali bergabung dan menikmati sajian lebaran yang telah dipersiapkan, biasanya ketupat.

Ketupat menjadi simbol “maaf” bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya, mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya. Apabila ketupat tersebut dimakan, secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah serta khilaf antar keduanya terhapus.